Ciri-ciri orang mau meninggal menurut Islam | Tanda ajal & kematian mendekat
Pernahkah Anda melihat seseorang yang mendadak berubah jadi lebih pendiam, lebih lembut, atau tiba-tiba sering menyendiri? Tak lama kemudian ia wafat. Banyak yang menyebut itu sebagai tanda-tanda kematian. Tapi benarkah Islam mengajarkan adanya pertanda khusus menjelang ajal ataukah semua itu hanya firasat yang terasa maknanya setelah orang itu tiada? Dalam video ini kita akan menelusuri berbagai pendapat ulama tentang ciri-ciri orang mau meninggal menurut Islam. Di antaranya Profesor Quraisy Syihab, Buya Yahya, dan Ustazah Mumpuni yang masing-masingnya memiliki pendekatan unik mulai dari kisah nyata, penjelasan rohani hingga dalil dari hadis. Dan di akhir nanti kami juga akan merangkum pandangan ulama klasik seperti Imam Nawawi serta sudut pandang ilmu kedokteran. Apakah kematian itu benar-benar punya tanda-tanda atau justru datang sebagai misteri yang tak bisa ditebak? Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kematian adalah kepastian, tapi proses menuju ke sana seringkiali penuh misteri. Sebagian orang menyebutkan adanya pertanda, perubahan perilaku, isyarat mimpi, atau bahkan rasa yang muncul dalam hati. Namun dalam Islam, apakah tanda-tanda seperti itu benar-benar ada? Dan kalaupun ada, apakah ia bisa dijadikan pegangan atau hanya sekadar isyarat yang tidak pasti? Ulama memiliki pandangan yang beragam dalam hal ini. Dan menariknya, setiap pandangan seringkiali berangkat dari pengalaman, dalil, dan hikmah masing-masing. Mari kita mulai penelusuran ini dari seorang tokoh perempuan yang begitu dekat dengan masyarakat, terutama di wilayah pedesaan, Ustazah Mumpuni. Dalam salah satu ceramahnya, beliau membahas tentang tanda-tanda orang akan meninggal dunia yang menurutnya bisa dikenali sejak jauh hari sebelumnya. Menurut mukasafatul qulub sadus dina pan meninggal dunia sang calon jenazah lebar asar. Lebar a lebar asar niku baik sing salat ataupun tidak. Nek pan 100 dina arep mati ternyata lebar asar niku kepalanya sirah mustakane kerasa sakit tapi satu titik pusate nggone kerasa ki makeng yang kedua tita mukasyafatul qulub 100 dina pan meninggal dunia calon jenazah niku ana ciri-ciri telinganya nek ditekuk kui balike lambat Yang ketig mancung pesek dinan niku irunge ketika dipencet balik niku lambat. Penjelasan Ustazah Mumpuni memberi kita gambaran bahwa dalam tradisi tasawuf terutama yang dirujuk dari mukasyafatul qulub karya Imam Alghazali, kematian dipahami bukan hanya sebagai akhir biologis tapi juga sebagai proses rohani yang memiliki tanda-tanda khusus mulai dari 100 hari hingga saat-saat menjelang sakaratul maut. Namun perlu kita pahami bahwa sumber seperti mukasyafatul qulub bukan kitab fikih ataupun hadis sahih, melainkan karya yang lebih banyak berbicara tentang pengalaman batin dan pelajaran moral. Karenanya tanda-tanda yang disebutkan tidak selalu dipahami secara harfiah atau universal, melainkan lebih sebagai pengingat untuk selalu siap dan sadar akan datangnya kematian kapan saja. Namun, bagaimana pandangan ulama yang lebih banyak berkecimpung dalam bidang tafsir dan akademik? Kita beralih kepada Profesor Quraisy Shihab, seorang mufasir dan cendekiawan muslim yang dikenal luas lewat karya-karyanya yang menekankan rasionalitas, kebijaksanaan, dan kedalaman makna Al-Qur'an. Dalam beberapa kajian, beliau menjelaskan kondisi menjelang kematian berdasarkan ayat-ayat Al-Quran dan pengalaman rohani yang lebih bersifat umum dan reflektif, bukan berdasarkan urutan tanda-tanda spesifik. Berikut penjelasan beliau tentang keadaan menjelang kematian menurut Al-Qur'an. Al-Qur'an menggambarkan proses kematian. Ya, misalnya ada sekitar 300-an ayat yang berbicara tentang kematian. Misalnya eh sebelum mati yang pertama e dalam tanda puti nyawa itu terasa keluar dari lutut sampai berdempet lutut dengan lutut. Iya. Artinya itu hidup yang ada di sini. Heeh. Itu menghilang sedikit demi sedikit. He. Sampai Al-Qur'an mengatakan baq lutut dengan lutut sehingga berdempet itu terus akhir daripada akan keluarnya nyawa itu ada di kerongkongan. H ketika itu kalau menurut hadis di situlah akhir masa untuk bertobat. Sebelum keluar nyawa akan ada terdengar oleh orang di sekelilingnya suara ger begitu. Itu tanda nyawa sudah akan keluar. Ketika itu walaupun akan bertobat tidak akan diterima lagi tobat. Rohnya pergi ke suatu tempat. Apa yang disampaikan Profesor Quraisy Syihab memberi gambaran yang jelas tentang tanda-tanda menjelang sakaratul maut menurut Al-Qur'an dan hadis. Beliau menyebut bahwa nyawa keluar perlahan dimulai dari bagian bawah tubuh hingga sampai di kerongkongan. Pada saat itulah menurut hadis tertutup sudah pintu tobat. Penjelasan ini menegaskan bahwa tanda-tanda kematian memang ada, namun terjadi sangat dekat dengan detik-detik terakhir kehidupan. Ini berbeda dengan pandangan yang mempercayai adanya tanda-tanda jauh hari sebelumnya seperti 100 hari atau 40 hari sebelum wafat. Dengan kata lain, isyarat kematian dalam Islam bisa diakui, namun sifatnya lebih sebagai proses akhir, bukan ramalan waktu. Dan di momen genting itu hanya amal dan kesiapan rohani yang dapat menolong seseorang. Berbeda dengan dua pandangan sebelumnya, kali ini kita berangkat dari suasana yang lebih personal dan penuh harap. Seorang penanya yang tengah menjaga saudaranya di rumah sakit menyampaikan kegelisahan yang mungkin pernah kita rasakan. Adakah tanda-tanda orang yang akan meninggal? Buya Yahya, ulama yang kerap menjawab langsung pertanyaan umat, memberikan jawaban yang lugas, menyejukkan, dan berpijak pada prinsip syariat. Hendaknya kita berkhusnudan kepada Allah, tidak berprasangka buruk. Artinya enggak perlu kita berprasangka atau menduga kalau orang ini ada tanda-tanda kematian. Karena biarpun ada tanda kematian pun belum tentu mati. Maka biasanya perbincangan tentang tanda-tanda kematian itu akan diceritakan kalau orang itu sudah mati. Oh, sebelum mati aku melihat begini. Ada tanda begini, tapi ternyata ada tanda dilihat tapi enggak mati-mati. Jadi enggak perlulah kita sem kalau memang itu keluarga apalagi orang tua dan sebagainya. Kalaupun ada tanda-tanda kematian tetap kita khususnudan semoga panjang panjang umur. Jadi tanda namanya tanda tidak harus ada. Nah kadang tanpa sengaja bahkan ada kematian tanpa tanda. Iya biasa lagi ngobrol asik guru baring ke kamar meninggal ada. Jadi hendaknya kita jangan berurusan dengan ini nanti malah membikin kita was-was. Ngelihat orang begini langsung wah ada tanda kematian. Kadang lihat diri sendiri tanda kematian. Akhirnya hidupnya adalah akan tapi hendaknya kita setiap saat menyiapkan diri untuk mati. Kapan pun mati, mari kita siap dengan menjauhi kemaksiatan. Jawaban Buya Yahya mengajak kita untuk merenung lebih dalam bahwa Islam bukanlah agama yang mendorong manusia untuk menebak-nebak takdir. Justru kita diajarkan untuk fokus pada ikhtiar, taubat, dan persiapan amal sebelum kematian datang. Karena ajal adalah misteri Allah yang tak bisa diduga. Untuk melengkapi perspektif para ulama, mari kita lihat sejenak bagaimana dunia medis memandang proses mendekati ajal, sebuah sudut pandang yang sering hadir dalam ruang-ruang perawatan. Dalam dunia medis, proses menjelang kematian dikenal sebagai dying proses atau proses sekarat. Para dokter dan perawat yang sering mendampingi pasien di akhir hayat biasanya mengamati sejumlah gejala yang lazim muncul seperti penurunan kesadaran, pola napas yang berubah menjadi tersengal atau terputus-putus, kulit yang mulai terasa dingin dan pucat hingga denyut jantung yang melemah secara perlahan. Tapi meskipun tanda-tanda ini bisa memberi gambaran bahwa ajal mungkin sudah dekat, para ahli menegaskan bahwa tidak ada cara pasti untuk memprediksi kapan kematian benar-benar akan terjadi. Seringki pasien yang tampak lemah bisa bertahan lebih lama dari perkiraan. Sementara yang terlihat stabil justru wafat secara tiba-tiba. Kematian bisa memiliki tanda-tanda fisik, tetapi waktunya tetap menjadi misteri. Ilmu pengetahuan hanya mampu membaca gejalanya, bukan menetapkan saatnya. Dari berbagai penjelasan tadi, kita belajar bahwa kematian dalam pandangan Islam bisa saja menunjukkan tanda-tandanya. Sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab tasawuf atau dijelaskan oleh Al-Qur'an saat menggambarkan sakaratul maut. Namun, para ulama sepakat yang pasti tentang kematian bukanlah tandanya, melainkan kepastiannya. Tanda muncul, bisa juga tidak. Tapi ajal tak pernah meleset meski sedetik. Sementara ilmu kedokteran pun mengakui bahwa meski ada gejala fisik menjelang ajal, kapan pastinya kematian datang tetap di luar jangkauan manusia? Maka intinya bukan seberapa tahu kita tentang ciri-cirinya, tapi seberapa siap kita ketika ia datang. Karena sebagaimana sabda Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam, orang yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Hadis riwayat Ibnu Majah. Dari tiga pandangan yang sudah kita dengar, mana yang paling menggugah hatimu? Atau mungkin kamu pernah mengalami momen yang membuatmu teringat akan kematian? Bagikan pemikiranmu di kolom komentar. Karena setiap cerita bisa jadi pengingat bagi yang lain. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yeah.